Senin, 30 Januari 2012

Dear you :)


Di titik nol , Permisi ..

Sejenak yang melelapkan. Lalu, barisan kenangan pahit menerbitkan kembali luka itu. Menciutkan hasrta tunas untuk bersemi. Kelopak bunga masih jauh untuk mekar, bahkan dalam ketakutannya layu terenggas terik matahari.

Cukup sampai disini, adalah kita – tak adalagi.

Aku akan berdiri di jalanku. Mengundurkan diri sebagai tiang dan jembatan tanpa sebab untukmu.
Dan seterusnya, izinmu aku akan berlari dan menari dlam gerimis pagi – sendiri, Permisi !!!

Begitu beda tanpamu !

Begitu beda tanpamu, begitu sepi tanpamu.
Begitu tak bisa dan tak terbiasa aku tanpamu.
Yang aku tahu …. Bahagia aku denganmu. TITIK

Seberapa jauh aku bisa bersembunyi tanpa mengingatmu? Sepertinya aku tak mampu melakukannya.

Kenangan. Mungkin hal yang telah lalu , dan mungkinkah bisa menjadi sesuatu yang terjadi ? aku di dalam kenangan mu di suatu hari tanpa nama .
Rela mengunyah sejarah penantian. Untuk satu namamu
Aku didalam kenangan mu, disuatu hari tanpa nama. Semoga
Dan setiaku berjalan kerumah hatimu “aku didalam kenanganmu disuatu hari tanpa nama . Semoga

Kuat dan bertahan , mungkin itu bukan aku. Sepertinya, aku tak mampu melakukannya karena begitu takut menciumi kenyataan dan perpisahan.

Aku baru saja melihat sisi kehidupanku dan disana tak ada lagi kejutan yang membahagiakan aku.

Tanpamu, berpaling , tertahanku. Berlari, tertatihku. Bertubi-tubi, ragu menamparku. Sesak tak berperi , menghunus pilu.

Akan kuhabiskan seribu doa dan kubingkai air mata untuk maaf dan ihlasmu. Karena keduanya hapuskan khilaf jadi surgaku.
Bila tiba waktunya , aku akan dating dan menangis di sudut bibirmu.
Karena aku tak bisa sempurna dan hanya maaf yang kupunya .

Akhirnya semua berakhir Disini !

Silakan masuk, pintu rasa itu selalu terbuka; demi dan untuk kebersamaan kita. Maukah ? mampukan?
Karena sendiri, aku tak yakin mampu mengemas pulang kebahagiaan itu, untuk kita, sebagai kita,
telah sampai dimana perjalanan rasa yang tersepuh ? sebagai anugrah itulah posisimu.
Sebagai bahagia yang terpatri kini, nanti dan dimasa lalu. Sebagai kita, kebersamaan itu lebih dari bahagia bagiku. Dan ku yakin begitupun kamu.

Lalu, segalanya beringsut ke tepi tanpa menuntut kata hati. Mungkinkah kembali seperti dulu lagi apa yang kau dan aku yakini sebagai kita setelah jarak dan rasa bisu menghitam-pekatkan kebersamaan ?
Seharusnya sebgai kita, perpisahan takkan mengubah apapun, karena kau telah memnangi hatiku, begitu juga sebaliknya.

Ternyata, kata “Seharusnya” tak berlaku lagi untuk kita. Kini, aku tahu kau yang memilih untuk bergeser dari hatiku dan membungkam hilang kenangan itu. Akhirnya , tak butuh lagi katakan, KEMBALILAH! Karena aku telah kalah bahkan sebelum melambaikan kata perpisahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar